Kabid Pembinaan dan Prestasi PB Forki Djafar Jantang mengatakan, program psikotes yang dilakukan pihaknya bertujuan mengetahui tingkat kecerdasan karateka Indonesia yang akan menghadapi dua multievent penting tersebut.
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya
Selain itu, pihaknya juga ingin melacak tingkat kerja sama dalam setiap individu. Terakhir, adalah melihat stabilitas emosional karateka Indonesia ketika berada di arena pertarungan.
"Inti dari tujuan diadakannya psikotes itu untuk mengetahui karakter karateka Indonesia, termasuk tingkat kecerdasan dalam mengambil keputusan. Hal itu sangat dibutuhkan dalam tempo singkat ketika ingin memukul atau menendang," kata Djafar.
Sayang, Djafar belum berani memaparkan hasil dari psikotes tersebut. Dia lebih senang memaparkan jika psikotes yang dilakukan oleh tiga psikolog dari TNI Angkatan Darat itu mendapatkan tingkat perbedaan dari satu karateka dengan karateka lainnya.
Menurutnya, ada karateka yang memiliki tingkat kecerdasan bagus dalam menjalani kumite, tapi kurang jika menjalani kelas beregu. Sebaliknya, ada yang lemah di kelas kumite, tapi bagus di beregu. Kelebihan dan kekurangan itu yang menjadi prioritas utama pihaknya, terutama kepada karateka AG sebelum tampil di Guangzhou, China.
"Jika ada kelemahan dari karateka Indonesia, maka tugas pelatih dan pembina yang akan membimbing mereka. Disamping itu, peran psikolog juga sangat berperan penting memperbaiki kekurangan itu meski dibilang sulit memperbaiki kekurangan dalam tempo singkat seperti ini," paparnya.
Meski demikian, pihaknya optimistis karateka Indonesia akan lebih optimal dari sebelumnya selepas menjalani psikotes tersebut. Optimisme itu karena psikotes ini merupakan pelengkap tes yang dilakukan PB Forki sebelumnya.
PB Forki sebelumnya melakukan tes kesehatan, yakni tes fisik di laboratorium Kementerian Pemuda dan Olahraga dua bulan lalu. "Sebenarnya, pengetesan itu dilakukan oleh Prima (Program Indonesia Emas) dan belum sepenuhnya dilakukan oleh seluruh karateka Indonesia (proyeksi dua multievent tersebut)," tandasnya.
Tapi, dengan adanya psikotes itu, pihaknya mengerti apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki kekurangan karateka Indonesia sebelum membela nama bangsa di kancah internasional.
(van)