Share

Kokohnya Pilar-Pilar Eropa Timur

Randy Wirayudha, Jurnalis · Senin 28 Januari 2013 12:12 WIB
https: img.okezone.com content 2013 01 28 263 752621 TQ22q6XU79.jpg Novak Djokovic (kiri) & Victoria Azarenka, dua kampiun Australian Open 2013 (Foto: AustralianOpen.com)
A A A

GRAND Slam perdana Australia Open tahun ini, banyak diharapkan publik bakal melahirkan juara baru. Sayang, asa itu tak menjadi kenyataan. Garda-garda “bercita-rasa” Eropa Timur masih terlampau perkasa di negeri kanguru.

 

Minggu kemarin, meski peraih gelar masih merupakan sang juara bertahan, setidaknya muncul sejarah baru, terutama dari The Joker – Novak Djokovic. Untuk ketiga kalinya, petenis Serbia itu mempertahankan gelar Australia Open tiga tahun berturut-turut.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

 

Begitu pun di sektor putri di mana petenis asal pecahan Uni Soviet – Belarusia, Victoria ‘Vika’ Azarenka, juga melestarikan titelnya di benua terkecil dunia itu. Di partai puncak Sabtu lalu, Azarenka butuh tiga set untuk menaklukkan Li Na, yang sedianya sedang on-fire.

 

Bagaimana tidak, petenis China itu sepanjang perjalanan menuju final, tak sekalipun kehilangan satu set terhadap lawan-lawannya, termasuk petenis Eropa Timur lainnya, Maria Sharapova (di semifinal). Namun cedera engkel kiri Li Na di medio final lalu, dimanfaatkan betul oleh Vika yang sejatinya, tak mendapat dukungan publik Rod Laver Arena.

 

Kronologisnya, Vika dianggap mencurangi lawannya di babak empat besar, Sloane Stephens, saat meminta medical time-out di saat-saat kritis pertandingan. Publik yang menganggap itu sebagai kecurangan dan sontak dikompori media Australia.

 

Tak pelak di partai final, Li Na lebih difavoritkan para penonton dan bahkan pengamat tenis. Set pertama sempat diklaim Li Na, tapi ya itu tadi, setelah dua kali terpeleset di lapangan, Li Na mengalami nyeri di pergelangan kaki kirinya dan permainannya, tak pernah bisa kembali seperti set pertama. Dua set terakhir, dimaksimalkan Vika untuk mengulang capaiannya musim lalu.

 

Ceritanya nyaris sama dengan yang dialami Novak Djokovic. Bedanya, sahabat karib petenis Ana Ivanovic itu tak memijak final dengan dihiasi kontroversi. Hanya saja, Djokovic juga melawan Anda Murray, yang kebetulan mengalami hal sama dengan Li Na, yakni cedera kaki.

 

Partai yang diprediksikan bakal sengit dengan reli-reli panjang pun, hanya berakhir dalam empat set dan terbilang, masih lebih seru saat Murray, dipaksa bermain lima set kontra Roger Federer di semifinal.

 

Well, apapun anggapan yang bermunculan terjadap Vika dan Djokovic, tetap saja keduanya mampu memugar “tirai besi” di Grand Slam perdana. Baik Murray dan Li Na, masing-masing gagal menembus supremasi dari pilar-pilar asal negara pecahan Uni Soviet tersebut.

 

Satu Grand Slam terengkuh, masih ada tiga tersisa sepanjang tahun ini, yakni French Open – Roland Garros di musim panas dan disusul Wimbledon, serta US Open di musim gugur. Untuk tahun ini, masih harus dinantikan apakah keduanya atau petenis Eropa Timur lain, masih digdaya di tiga Grand Slam tersisa.

(raw)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini