Share

Gara-gara Cyberbully, Petenis Ini Gantung Raket

Randy Wirayudha, Jurnalis · Kamis 21 Februari 2013 16:22 WIB
https: img.okezone.com content 2013 02 21 44 765425 xEh7RzL576.jpg Rebecca Marino (Foto: ist)
A A A

VANCOUVER – Tak selamanya memiliki akun media sosial di Twitter maupun Facebook itu menyenangkan. Malah, lantaran aktivitas di kedua media sosial tersebut, seorang petenis muda Kanada memutuskan gantung raket alias pensiun di usianya yang baru menginjak 22 tahun.

 

Rebecca Marino, mengaku bahwa keputusannya untuk mengakhiri karier profesionalnya disebabkan sejumlah kata-kata hinaan yang didapatnya di Twitter dan Facebook-nya atau biasa disebut cyberbullying. Karena tak kuat hati, Marino memutuskan pensiun serta tak lupa menutup kedua akunnya itu.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

 

Petenis yang sebelumnya nangkring di peringkat 38 WTA ini memang diketahui punya masalah kejiwaan. Sejatinya, sejak Februari 2012 silam, Marino mengaku depresi dan sempat “cuti” dari dunia tenis selama tujuh bulan. Namun setelah kembali, Marino acap tampil buruk dan akibatnya, menerima banyak cercaan di dunia maya.

 

“Depresi saya sudah mendera jauh sebelum ada cyberbullying terhadap saya. Meski begitu, sosial media juga punya peran tekanan terhadap saya,” ungkap Marino, sebagaimana disitat TheStar, Kamis (21/2/2013).

 

Yang terjadi, Marino pun tak punya kecintaan lagi pada dunia tenis. Ini faktor terakhir yang mendorongnya untuk gantung raket meski belum menyentuh “kepala tiga” dalam usianya. Tenis tak lagi mendatangkan kebahagiaan lagi padanya melainkan hanya hal-hal negatif.

 

“Alasan saya mundur karena saya berpikir bahwa saya tak ingin mengorbankan kebahagiaan dan bagian hidup saya yang lain hanya untuk tenis. Saya sudah memikirkan lama keputusan ini dan saya menyadari, saya tak punya lagi hasrat berada di dunia tenis profesional,” sambungnya.

 

Terkait cyberbully yang menerpa dengan kata-kata tak mengenakkan seperti “Mati saja Kau” atau “Pergilah ke Neraka” di media sosial, memang dewasa ini tak hanya dialami orang-orang biasa di ruang publik atau sekolah-sekolah, tapi juga di kalangan atlet. Pemain hoki es, John-Michael Liles, mengaku simpati pada Marino.

 

“Sangat disayangkan…Seperti yang Anda tahu sekarang, pelecehan seperti itu hadir di semua tingkatan masyarakat, tak hanya di publik atau sekolah, tapi di antara pejabat dan atlet,” sesal pemain klub Toronto Maple Leafs itu.

(raw)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini