Share

Lima Peristiwa yang Tidak Diinginkan di Asian Games

Ezha Herdanu, Jurnalis · Rabu 17 September 2014 20:07 WIB
https: img.okezone.com content 2014 09 17 43 1040573 vmrlpwhTtq.jpg Tim Bulutangkis Korea Selatan Sedang Melakukan Latihan Demi Dapat Berprestasi di Asian Games 2014 (Foto: Kim Hong-Ji/Reuters)
A A A

INCHEON – Dari 16 kali pelaksanaan Asian Games, muncul sejumlah peristiwa yang kontroversial. Dari tragedi di pacuan kuda, kasus doping binaragawan, hingga atlet cantik yang medalinya dicabut usai terbukti mengenakan kaus kaki bersensor elektrik.

 Pada Asian Games 2006 di Doha, Qatar menjadi Asian Games yang menyimpan kejadian kontroversial terbanyak. Ada tiga kasus yang muncul di ajang olahraga terbesar antar negara-negara Asia tersebut.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

 Kejadian tidak diinginkan kembali terulang empat tahun kemudian di Guangzhou, China. Seperti apa? Berikut catatan terkait insiden-insiden kontroversial yang dilansir AFP Sport News, Rabu (17/9/2014).

 1. Tragedi Pacuan Kuda, Asian Games 2006

Atlet Korea Selatan Kim Hyun-Chil tewas saat menjalani perlombaan di Asian Games 2006, Doha, Qatar. Atlet berkuda berusia 47 tahun itu terjatuh saat melakoni lompatan kedelapan di nomor cross country.

 Pada saat itu, Hyung-Chil dan kudanya, Bundaberg Black, tampil dalam kondisi cuaca hujan lebat. Awalnya penampilannya berjalan cukup mulus, tetapi saat menjalani lintasan kedelapan, Black gagal melewati palang setinggi 1,08 m. Hyung-Chil pun akhirnya terlempar yang kemudian tertimpa oleh kuda tunggangannya sendiri.

 Sebenarnya, ajang itu menjadi salah satu target Hyung-Chil guna meraih medali emas pertamanya di ajang Asian Games. Dalam dua kali keikutsertaannya di ajang tersebut, Hyung-Chil hanya mampu meraih satu medali perunggu pada 1986 di nomor kuda beregu dan perorangan pada 2002.

 2. Kasus Doping di Binaraga, Asian Games 2006

Binaraga bukan merupakan olahraga yang kerap diperlombakan dalam Asian Games. Sepanjang sejarah dilangsungkan di Asian Games, perebutan medali binaraga baru bergulir dua kali, yakni pada 2002 dan 2006.

 Pada pelaksanakan Asian Games 2006 binaragawan dari Irak tertangkap basah membawa 134 ampul nandrolone, yang masuk dalam kategori obat doping saat ia tiba di bandara Doha. Akan tetapi, dia tetap diizinkan tampil dalam perlombaan di kelas 75 kg dan menyelesaikan di urutan ketujuh. Namun, pada akhirnya dia didiskualifikasi tanpa harus menjalani serangkaian tes doping dan menjadi satu-satunya atlet yang didiskualifikasi tanpa adanya tes.

 Kasus doping lainnya juga terdapat di cabang olahraga tinju. Peraih medali emas kelas bantam, Sazali Samad dihukum hanya mendapatkan perak karena terbukti mengonsumsi doping.

 3. Kasus Transgender, Asian Games 2006

Medali perak yang didapatkan pelari asal India, Santhi Soundarajan, dari nomor 800 m pada Asian Games 2006 di Doha terpaksa dicabut. Hal itu dilakukan karena dia terbukti tidak memiliki karakteristik seksual perempuan setelah melewati sex test usai perlombaan di nomor tersebut.

 Soundarajan meraih medali perak di nomor 800 m itu dengan catatan waktu 2 menit dan 2,16 detik. Setelah mencapai garis finis dia ditunjuk untuk menjalani sex test. Hasil tes itu menunjukkan dia tidak memiliki karakteristik seksual perempuan. Medali perak Soundarajan pun dicabut.

 Kasus itu tak berhenti di sana. Sehari setelah perlombaan, tim dokter Federasi Atletik India, Kumar Mendiratta, meminta Soundarajan untuk menjalani tes darah. Kemudian Panel dokter yang terdiri dari empat dokter ahli mengujinya.

 Setelah medali di nomor 800 m ditarik, Soundarajan juga dilarang turun di nomor 1.500 m. Setelah itu, dia diminta meninggalkan Asian Games. Dikabarkan dia pulang ke kampung halaman dalam kondisi depresi sangat berat.

 Beberapa hari kemudian dari media disebutkan bisa jadi Soundarajan lahir dengan kondisi interseks yang dikenal dengan sindrom insensitivitas androgen. Efeknya, si pengidap memiliki kromosom Y dan secara genital adalah pria tapi memiliki penampilan luar sebagai perempuan.

 Tapi, pemerintah daerah Tamil Nadu, asal sang atlet, tidak mengindahkan kontroversi tersebut. Mereka tetap mengganjar bonus senilai 1,5 juta rupee kepada Soundarajan atas medali yang diraih.

 Selama menjadi atlet putri, dia sudah mencetak 11 medali dari berbagai ajang. Termasuk emas Asian Indoor Games 2005 dari nomor estafet 4x400 m putri.

 4. Kasus Kaus Kaki Eletrik di Cabang Taekwondo, Asian Games 2010

Banyak cara yang ditempuh demi mendapatkan medali emas. Taekwondo Taiwan memilih cara menggunakan pelindung kaki bersensor elektronik. Namun, pada akhirnya mereka harus gigit jari setelah hasil pertandingan dianulir karena alat itu dinilai tidak sah.

 Taekwondoin Taiwan, Yang Shu Chun, yang turun di kelas terbang putri digadang-gadang menjadi peraih emas di Asian Games 2010 Guangzhou, China. Sebagai juara Asia atlet cantik yang dijuluki baby pretty oleh media itu malah didiskualifikasi.

 Dia dinilai melakukan kecurangan karena mengenakan kaus kaki bersensor elektrik illegal. Saat tes pre-match peralatan, wasit menemukan kalau Shu Chun menggunakan dua sensor ekstra pada masing-masing tumitnya. Wasit pun meminta agar sensor itu dilepas. Shu Chun akhirnya bertanding tanpa menggunakan dua tambahan sensor itu.

 Shu Chun sendiri akhirnya diganjar hukuman larangan tampil selama tiga bulan sedangkan sang pelatih diskorsing 20 bulan. Selain itu, asosiasi taekwondo Taiwan juga harus menerima hukuman didenda USD 50 ribu karena dianggap lalai.

 5. Tim India Boikot Kriket, Asian Games 2010

Saat pertama dimainkan di Asian Games 2010 Guangzhou, China, cabang olahraga kriket langsung diwarnai kontroversi. India sebagai kekuatan terbesar di Asia malah menolak untuk tampil.

 Kala itu, India beralasan lebih mengutamakan turnamen internasional ketimbang Asian Games. "Kami tak akan mengirimkan tim kriket, baik tim putra atau putri, untuk Asian Games di China karena komitmen internasional," kata salah satu pengurus kriket India, Ratnakar Shetty, waktu itu.

 Keputusan itu pun mendorong perang media dengan Pakistan. Pakistan membalas keputusan India itu dengan melontarkan kalimat akan tampil di Asian Games untuk menghormati 'teman karib' China.

(FAP)

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini