Share

Seiko Hashimoto Siap Gantikan Presiden Olimpiade Tokyo 2020 yang Seksis

Antara, Jurnalis · Jum'at 19 Februari 2021 04:00 WIB
https: img.okezone.com content 2021 02 18 43 2364518 seiko-hashimoto-siap-gantikan-presiden-olimpiade-tokyo-2020-yang-seksis-O1IpP30krm.jpg Seiko Hashimoto. (Foto/Reuters)
A A A

TOKYO - Menteri Olimpiade 2020 Jepang, Seiko Hashimoto berniat menerima tugas sebagai Presiden Olimpiade Tokyo 2020 yang merupakan komite penyelenggara Olimpiade di Jepang, lapor kantor berita Kyodo, Kamis 18 Februari 2021.

Dengan begitu dia bisa menjadi pengganti Yoshiro Mori yang mundur akibat pernyataan seksis.

Foto/Reuters

Mori mundur sebagai presiden komite itu pekan lalu setelah menyebut wanita terlalu banyak ngomong.

Pernyataan itu kian memukul Olimpiade Tokyo yang sebelumnya sudah terganggu oleh penundaan dan sangat ditentang publik karena diadakan di tengah pandemic.

Baca juga: KOI Akan Salurkan Bantuan Finansial ke 11 Cabang Olahraga

Sebuah panitia pemilih sudah mulai bertemu Selasa untuk memilih pengganti Mori dengan memasukkan sejumlah kriteria termasuk pemahaman yang mendalam terhadap kesetaraan gender dan keberagaman, serta kemampuan mencapai nilai-nilai itu selama Olimpiade, kata penyelenggara.

Baca juga: Seremoni Pembukaan Olimpiade Tokyo 2020 Jadi Fokus Utama

Lahir beberapa hari sebelum Jepang menjadi tuan rumah Olimpiade 1964, Hashimoto mengambil bagian dalam empat Olimpiade Musim Dingin sebagai atlet speed skater dan tiga Olimpiade Musim Panas sebagai pebalap sepeda.

Anggota legislatif dari partai penguasa Jepang, Hashimoto yang berumur 56 tahun menjabat menteri Olimpiade merangkap menteri pemberdayaan perempuan sejak 2019.

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Mori—yang berusia 83 tahun—mengatakan bahwa "perempuan terlalu banyak bicara".

"Perempuan punya rasa persaingan yang kuat. Jika satu orang mengangkat tangan untuk bicara, yang lain merasa harus pula ikut bicara. [Akhirnya] semuanya merasa perlu untuk bicara," kata Mori, seperti dikutip media di Jepang.

Foto/Twitter

Mori juga dikutip mengatakan, "Jika kita ingin menambah direktur perempuan, kita harus memastikan ada pembatasan lamanya mereka berbicara, mereka sulit berhenti, suatu hal yang menjengkelkan."

Pernyataannya tersebut memicu kecaman yang meluas, baik di dalam maupun di luar negeri.

1
2

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini