TOKYO – Atlet judo yang mewakili dari tim pengungsi punya misi khusus di Olimpiade Tokyo 2020. Nigara Shaheen, yang kelahiran Afghanistan, ingin enjadi menjadi sosok panutan bagi perempuan Afghanistan dan Pakistan.
Shaheen merupakan atlet pengungsi setelah keluarganya melarikan diri dari Jalalabad di tepi Sungai Kabul ketika dia berusia enam bulan karena perang di Afghanistan. Situasi itu kemudian membawanya selama dua hari dua malam melintasi perbatasan ke Pakistan pada 1993.
Tak ada yang menyangka jika akhirnya Shaheen kini bisa mentas di Olimpiade Tokyo 2020 di bawah bendera pengungsi. Ia turun di kelas 70 kg putri dan bersaing dengan deretan judoka besar di dunia, Rabu (28/7/2021) pagi WIB. Sayang, ia harus terhenti di babak 32 besar usai menyerah dari Maria Portela asal Brasil dengan skor 0-10.
Baca juga: Khawatir Kesehatan Mental, Bintang AS Simone Biles Mundur dari Final Senam Olimpiade Tokyo 2020
Dengan begitu, Shaheen hanya bisa menampilkan performa semampunya dan menerima kekalahan tersebut. Tetapi, tak ada penyesalan dan justru rasa bangga menyelimuti dalam diri Shaheen.
Baca juga: 3 Rekor yang Sudah Tercipta di Cabor Sepakbola Olimpiade Tokyo 2020, Nomor 1 Pembantaian
Ia pun menceritakan perjuangannya mematahkan stigma atlet perempuan di Afghanistan yang sering dianggap sebelah mata. Bahkan ia ingin menjadi panutan untuk para wanita Afghanistan dalam mengembangkan diri menjadi atlet.
“Saya kira ini lebih terkait dengan ideologi perempuan di negara kita. Dalam judo, perempuan memiliki kedekatan dengan pasangan laki-laki, setidaknya instruktur laki-laki, dan ini tidak diterima secara tradisional dan budaya,” kata Shaheen, mengutip dari laman resmi Olimpiade Tokyo 2020, Rabu (28/7/2021).
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya